PUNCAK CARSTENSZ

PUNCAK CARSTENSZ


"Heinrich Harrer, penulis buku “Seven Years in Tibet' terpesona oleh Puncak Carstensz di Papua yang jauh sebelumnya diperkenalkan oleh seorang petualang asal Belanda tahun 1623. 12 tahun setelah kembali dari Tibet (tahun 1950), akhirnya Heinrich Harrer bersama tiga temannya, Temple, Kippax dan Huizinga, meneguhkan tekad untuk menaklukkan Puncak Jayawijaya. Pada 1962 mereka pun menjadi pendaki pertama yang mencapai puncak Carstensz, salah satu dari 7 gunung tertinggi di muka Bumi".
puncak Jaya Wijaya, lebih dikenal oleh pendaki gunung sebagai Piramida Carstensz memiliki ketinggian 4.844 meter di atas permukaan laut. Inilah salah satu puncak tertinggi di muka Bumi ini telah menarik minat-gletser abadi di garis Khatulistiwa terutama para petualang dan pendaki gunung yang ingin mencapai gletser tertingginya di kepulauan tropis Nusantara. Dalam bahasa lokal gunung ini bernama Mbainggelah.

Carstenz Pyramid amat dikenal oleh wisatawan petualang karena merupakan salah satu dari tujuh gunung di muka Bumi yang paling diidamkan pendaki dari seluruh dunia. Puncak gunung yang menjadi incaran para pendaki dikenal sebagai The Seven Summit, yaitu Puncak Aconcagua (6.961 meter) di Argentina-Amerika Latin, Puncak Everest (8.848 m) di Himalaya-Nepal, Puncak Elbrus (5.642 m) di Rusia, Puncak Kilimanjaro (5.895 m) di Tanzania-Afrika, Puncak McKinley (6.194 m) di Alaska-USA, dan terakhir adalah Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid (4.884 m) di Papua-Indonesia.

Pada 1623, seorang penjelajah Belanda, Jan Carstensz, melihat gunung yang tertutup salju dan menamakan gunung itu dengan nama belakangnya. Fenomena alam ini sangat jarang karena es alami biasanya tidak turun di sepanjang khatulistiwa. Sayangnya, penurunan gletser yang signifikan telah ditemukan pada beberapa lokasi seperti di Puncak Trikora dan Glacier Meren antara 1939, 1962 dan 1994 hingga tahun 2000. Meski demikian, salju abadi yang luas ini masih sangat mengagumkan.

Pendakian ke puncak memerlukan teknik khusus dan mendaki medannya hanya direkomendasikan bagi pendaki yang berpengalaman. Terdapat tiga pendakain tersulit dari lima titik pendakian. Menjadikan puncak ini sebagai salah satu puncak paling sulit untuk ditaklukan di dunia, dan puncak tertinggi antara Andes dan Himalaya, jika Anda behasil menaklukkan Puncak Carstensz maka jeritan kemenangan dan kegembiraan akan Anda teriakan di puncak Jayawijaya.

Adventure Carstensz menjadi salah satu operator tur yang dapat diandalkan untuk jasa pendakian ke puncak Jayawijaya yang bersalju. Rincian biaya mendaki ke Puncak Carstensz untuk turis mancanegara sekira USD 10 ribu - USD 11 ribu. Sementara itu, untuk wisatawan domestik biayanya mulai Rp30 juta. Biaya tersebut sudah meliputi perjalanan pendakian ke Puncak Carstensz, baik dari tenda, makanan, porter, transportasi, pemandu, kemanan, serta bermalam di homestay setelah pendakian. Perjalananya akan diatur dan disesuaikan harganya, paling cepat perjalanan selama 5 hari.


KEGIATAN

Saat ini jalur pendakian ideal ke Puncak Carstensz adalah melalui Sugapa-Ugimba-Carstensz. Jalur tersebut selain paling aman juga memiliki beragam keunggulan seperti kesempatan melihat Sungai Kemabu yang memiliki wisata arung jeram, Sungai Nabu  dengan aliran terbalik ke arah Gunung Carstensz. Bahkan ada sungai yang memiliki bau harum serta menjadi sumber garam di atas gunung. Ada pula air terjun dan padang golf di Putigapa.

Ugimba merupakan desa yang berada di Distrik Sugapa Papua dan darinya terbuka sebuah jalur pendakian menuju ke Lembah Danau-Danau yang merupakan base camp untuk menggapai Puncak Carstenzs Pyramid (4884 m dpl). Dalam perjalanan menuju base camp Lembah Danau-Danau, ada beberapa pos peristirahatan yang dapat digunakan pendaki salah satunya adalah Pos Somatua. Pos tersebut berada pada ketinggian 4.000 m dpl dan cukup menarik diapit oleh tebing tinggi di sisi kanan dan kirinya. Saat Subuh pendaki sudah dapat menikmati butiran-butiran salju yang menempel pada tenda mereka.


Tips
Anda dapat menghubungi pihak berikut untuk operatornya.

PT Adventure Carstensz

Jl. Enggang No. 04 RT 005 RW A

Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika,

Provinsi Papua, Indonesia - 99930

Phone: (+62) 901 302 065

Fax: (+62) 901 302 065

Email: info@adventurecarstensz.com

Website: www.adventurecarstensz.com

atau hubungi Maximus Tipagau lewat email: maximustipagau@adventurecarstensz.com

atau di nomor +62 811 491 2228


BERKELILING
Puncak Carstenz  memiliki ketinggian 4.844 meter di atas permukaan laut dan di bawahnya ada Taman Nasional Lorentz yang memiliki ekosistem lengkap mulai dari vegetasi Alpin, Sub-Alpin, Montana, Sub-Montana, dataran rendah dan lahan basah.  Terdapat 34 jenis tumbuhan di wilayah ini, mencakup hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, hutan hujan lahan dataran atau lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput dan lumut kerak.


TRANSPORTASI
Ada sejumlah perusahaan yang khusus melayani perjalanan dan pendakian ke Jayawijaya. Biasanya, pendaki berkumpul di Bali kemudian terbang ke Timika, Papua, lalu ke Nabire. Nabire adalah kota paling dekat dengan rute pendakian. Pendaki juga memiliki kesempatan untuk mengunjungi suku Dani di Lembah Baliem dalam perjalanan pulang. Perjalanan dengan operator wisata berpengalaman atau dengan pemandu sangat dianjurkan.

Garuda Indonesia, Kartika, dan Merpati memiliki penerbangan ke Papua dari Jakarta atau Denpasar, Bali. Biasanya, mereka transit di Makassar sebelum ke Sorong, Timika, atau Biak, dan sampai di Jayapura.

Garuda terbang dari Jakarta ke Timika, dan Denpasar, Bali ke Timika. Kembali ke Jakarta atau Bali, Garuda terbang dari Timika, Biak, dan Jayapura. Lion Air terbang dari Nabire ke Ambon dan kemudian ke Denpasar, Bali.

Trigana Air, Susi Air, dan Avia Star terbang dari Timika ke Nabire.

Rute pendakian dibuka oleh penjelajah Indonesia telah dianggap sebagai rute paling aman, dimulai di desa-desa Ilaga, Boega, Hoya, Tsinga, dan beberapa desa lain yang melindunginya. Karena area pertambangan Freeport berada di zona gunung ini, membuat lebih sulit untuk mencapai puncaknya. Akan tetapi, rute ini, dikenal sebagai rute Sugapa-Suanggama, bekas pertambangan yang baik untuk dilalui oleh pejalan kaki dan pendaki.

Mengambil rute tradisional ini, pejalan kaki atau pendaki akan menghabiskan 22 hari di kaki gunung yang indah, berinteraksi dengan penduduk setempat [Lihat: Wamena], menikmati pemandangan indah, merasakan jalan berlumpur dan rawa, melintasi jembatan kayu, akhirnya mencapai akhir yang mendebarkan.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.