KAMPUNG BATIK KAUMAN SOLO
KAMPUNG BATIK KAUMAN SOLO
Sebuah kampung di tengah Kota Solo ini tidak hanya mengiringi perpindahan Kraton Kartosuro ke Solo namun juga cikal bertahannya tradisi dan seni membatik di jantungnya Ndalem Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Nama Kampung Kauman nyatanya memang harus direkatkan dengan keberadaan para abdi dalam keraton (kaum-ulama) yang tinggal di kampung ini. Kauman dulunya memang kawasan yang diperuntukkan bagi kaum ulama kerajaan dan kerabatnya, juga saudagar batik merangkap karyawan keraton dengan status abdi dalem.
Kawasan Kauman mulai tumbuh saat Paku Buwono III membangun Mesjid Agung tahun 1757. Beliau mengangkat Tafsir Anom sebagai Penghulu Mesjid Agung yang dibantu abdi dalem ulama lainnya. Abdi dalem ulama beserta santrinya tinggal di sekitar Mesjid Agung yang kemudian menjadi cikal penamaan Kauman yang artinya “Kampung Kaum” atau “Kampung Ulama”.
Apa yang identik dengan Kampung Batik Kauman adalah keahlian membatik yang diwarisi dari Ndalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Warga kauman mampu menghasilkan karya batik yang berhubungan dengan motif batik yang sering dipakai keluarga keraton.
Para abdi dalem ulama ini awalnya hanya bekerja sebagai abdi dalem saja, istrinya bekerja sambilan membatik di rumahnya untuk konsumsi keraton. Berikutnya industri rumah tangga tersebut justru berkembang menjadi usaha batik dan kerja rangkap itu berhasil menaikkan taraf ekonomi masyarakatnya.
Perkembangannya produsen kain batik di Kauman kemudian menarik minat pendatang (teteko) untuk tinggal di sekitar Kauman dan menjadi kawula dalem untuk memenuhi segala kebutuhan keraton seperti menjahit (kampung Gerjen), membuat kue (kampung Baladan), membordir (kampung Blodiran), dan lainnya.
Dalam perkembangan sosial Kauman, adanya kesamaan status sosial dan agama telah mendorong terjadinya perkawinan sehingga terbentuklah masyarakat Kauman yang mempunyai ikatan pertalian darah dan kekeluargaan yang kuat.
Kain batik di Kampung Kauman diciptakan menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, serta rayon. Kini di Kampung Batik Kauman ada lebih dari 40 industri rumah tangga kerajinan batik yang terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu: batik klasik motif pakem (batik tulis), batik murni cap dan model kombinasi antara tulis dan cap.
Periode 1939 hingga 1970 usaha batik tulis di Kauman sempat mengalami kebangkrutan karena masuknya industri batik printing yang lebih murah dan proses pembuatan lebih cepat. Para pengusaha batik lokal digempur habis-habisan, hingga akhirnya banyak yang gulung tikar. Periode 1995-2000, industri di Kauman kembali menggeliat dengan promosi besar-besaran dari Pemerintah Kota Solo.
KEGIATAN
Perhatikan motif batik dari lingkungan keraton saat Anda memburunya di Kauman. Itu dilandasi dari adanya kebanggaan, adat tradisi, sifat religius dari ragam hias batik, serta makna filosofi yang terkandung di dalamnya. Ragam busana batik di istana tidak hanya dinilai dari komposisi warnanya yang serasi, melainkan juga dari corak dan motif lukisan di kain batik itu yang mengandung filosofi sekaligus memberi ciri khas nilai seni kebudayaan Jawa.
Motif ragam busana batik di Kasunanan Surakarta Hadiningrat diantaranya adalah: (1) sawat atau hase, motif sayap yang melambangkan mahkota Raja atau perguruan tinggi; (2) meru, yakni motif gunung melambangkan kebesaran atau keagungan; (3) naga, motif berbentuk ular yang menjadi perlambang aliran air sebagai simbol kemakmuran; (4) motif dalam wujud burung yang melambangkan angin atau dunia atas alias angkasa raya; (5) geni, motif berwujud lidah api yang menjadi pelambang nyala api.
Selain berburu batik motif keraton, Anda juga dapat belajar proses pembuatan batik. Kegiatan mencoba sendiri mempraktekkan kegiatan membatik bahkan menjadi atraksi yang paling diminati wisatawan.
Di Kampung Batik Kauman, Anda juga dapat melihat situs bangunan bersejarah berupa rumah joglo, limasan, rumah dari masa kolonial dan ada juga yang perpaduan arsitektur Jawa dan Kolonial.
Tips
Apabila Anda berhasrat menyaksikan dan belajar langsung proses membatik maka kunjungi Kauman selain hari Minggu
Kampung Kauman memiliki banyak lorong yang dihimpit bangunan lama. Oleh karenanya, perhatikan peta lokasi yang ada di gerbang pintu utama. Darinya Anda dapat mengatur rute penjelajahan di Kauman.
TRANSPORTASI
Susuri pusat Kota Solo dengan aneka kendaraan umum atau sewaan. Arahkan perjalanan Anda ke sisi barat depan Keraton Kasunanan di Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Kauman berada bersebelahan dengan Pasar Klewer dan berdampingan juga dengan Masjid Agung Keraton.
Sebuah kampung di tengah Kota Solo ini tidak hanya mengiringi perpindahan Kraton Kartosuro ke Solo namun juga cikal bertahannya tradisi dan seni membatik di jantungnya Ndalem Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Nama Kampung Kauman nyatanya memang harus direkatkan dengan keberadaan para abdi dalam keraton (kaum-ulama) yang tinggal di kampung ini. Kauman dulunya memang kawasan yang diperuntukkan bagi kaum ulama kerajaan dan kerabatnya, juga saudagar batik merangkap karyawan keraton dengan status abdi dalem.
Kawasan Kauman mulai tumbuh saat Paku Buwono III membangun Mesjid Agung tahun 1757. Beliau mengangkat Tafsir Anom sebagai Penghulu Mesjid Agung yang dibantu abdi dalem ulama lainnya. Abdi dalem ulama beserta santrinya tinggal di sekitar Mesjid Agung yang kemudian menjadi cikal penamaan Kauman yang artinya “Kampung Kaum” atau “Kampung Ulama”.
Apa yang identik dengan Kampung Batik Kauman adalah keahlian membatik yang diwarisi dari Ndalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Warga kauman mampu menghasilkan karya batik yang berhubungan dengan motif batik yang sering dipakai keluarga keraton.
Para abdi dalem ulama ini awalnya hanya bekerja sebagai abdi dalem saja, istrinya bekerja sambilan membatik di rumahnya untuk konsumsi keraton. Berikutnya industri rumah tangga tersebut justru berkembang menjadi usaha batik dan kerja rangkap itu berhasil menaikkan taraf ekonomi masyarakatnya.
Perkembangannya produsen kain batik di Kauman kemudian menarik minat pendatang (teteko) untuk tinggal di sekitar Kauman dan menjadi kawula dalem untuk memenuhi segala kebutuhan keraton seperti menjahit (kampung Gerjen), membuat kue (kampung Baladan), membordir (kampung Blodiran), dan lainnya.
Dalam perkembangan sosial Kauman, adanya kesamaan status sosial dan agama telah mendorong terjadinya perkawinan sehingga terbentuklah masyarakat Kauman yang mempunyai ikatan pertalian darah dan kekeluargaan yang kuat.
Kain batik di Kampung Kauman diciptakan menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, serta rayon. Kini di Kampung Batik Kauman ada lebih dari 40 industri rumah tangga kerajinan batik yang terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu: batik klasik motif pakem (batik tulis), batik murni cap dan model kombinasi antara tulis dan cap.
Periode 1939 hingga 1970 usaha batik tulis di Kauman sempat mengalami kebangkrutan karena masuknya industri batik printing yang lebih murah dan proses pembuatan lebih cepat. Para pengusaha batik lokal digempur habis-habisan, hingga akhirnya banyak yang gulung tikar. Periode 1995-2000, industri di Kauman kembali menggeliat dengan promosi besar-besaran dari Pemerintah Kota Solo.
KEGIATAN
Perhatikan motif batik dari lingkungan keraton saat Anda memburunya di Kauman. Itu dilandasi dari adanya kebanggaan, adat tradisi, sifat religius dari ragam hias batik, serta makna filosofi yang terkandung di dalamnya. Ragam busana batik di istana tidak hanya dinilai dari komposisi warnanya yang serasi, melainkan juga dari corak dan motif lukisan di kain batik itu yang mengandung filosofi sekaligus memberi ciri khas nilai seni kebudayaan Jawa.
Motif ragam busana batik di Kasunanan Surakarta Hadiningrat diantaranya adalah: (1) sawat atau hase, motif sayap yang melambangkan mahkota Raja atau perguruan tinggi; (2) meru, yakni motif gunung melambangkan kebesaran atau keagungan; (3) naga, motif berbentuk ular yang menjadi perlambang aliran air sebagai simbol kemakmuran; (4) motif dalam wujud burung yang melambangkan angin atau dunia atas alias angkasa raya; (5) geni, motif berwujud lidah api yang menjadi pelambang nyala api.
Selain berburu batik motif keraton, Anda juga dapat belajar proses pembuatan batik. Kegiatan mencoba sendiri mempraktekkan kegiatan membatik bahkan menjadi atraksi yang paling diminati wisatawan.
Di Kampung Batik Kauman, Anda juga dapat melihat situs bangunan bersejarah berupa rumah joglo, limasan, rumah dari masa kolonial dan ada juga yang perpaduan arsitektur Jawa dan Kolonial.
Tips
Apabila Anda berhasrat menyaksikan dan belajar langsung proses membatik maka kunjungi Kauman selain hari Minggu
Kampung Kauman memiliki banyak lorong yang dihimpit bangunan lama. Oleh karenanya, perhatikan peta lokasi yang ada di gerbang pintu utama. Darinya Anda dapat mengatur rute penjelajahan di Kauman.
TRANSPORTASI
Susuri pusat Kota Solo dengan aneka kendaraan umum atau sewaan. Arahkan perjalanan Anda ke sisi barat depan Keraton Kasunanan di Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Kauman berada bersebelahan dengan Pasar Klewer dan berdampingan juga dengan Masjid Agung Keraton.
Tidak ada komentar: