Sungai Musi: jelajahi Urat Nadi Peradaban Palembang

SUNGAI MUSI: JELAJAHI URAT NADI PERADABAN PALEMBANG


TINJAUAN



Sungai Musi mengajarkan banyak hal kepada masyarakat Palembang tentang kehidupan. Tentang perilaku bermacam manusia yang pernah mengarungi arusnya bersama perahu-perahu kecil hingga kapal besar. Juga tentang perilaku manusia yang hampir di sepanjang umurnya menggantungkan nasib kepada sungai ini dari ulu ke ilir.


Para perantau yang datang dari daratan Tiongkok sudah lama menggunakan Sungai Musi sebagai jalur utama tempat lalu lintas. Sungai terpanjang di Sumatera ini, disamping sebagai tempat transaksi perdagangan, juga merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat, khususnya kaum nelayan.


Para peneliti biologi mencatat setidaknya terdapat 20 jenis ikan langka yang hidup di dalam Sungai Musi, diantaranya ikan tengkeloso (Snclerophages forrnosus), kapas kapas (Rohfeichthys rnicrolepis), ikan elang (Datniodes quadrifsciatus), bulutulang (Crypfopferus apagon), mok-rnok (Hemisilurus scleronerna), sengarat (Belodonfichthys dinema) dan ternparang (Macrofhiricfhys microphirus).


Ikan-ikan melimpah ruah sehingga dimanfaatkan untuk membuat makanan yang dijual oleh apek-apek dengan cara keliling. Apek merupakan panggilan untuk lelaki Tiongkok yang sudah tua. Makanan yang dijual para apek inilah yang kemudian dikenal sebagai pekmpek.


Musi bukan merupakan satu-satunya sungai di kota ini. Kota Palembang dengan julukan "Venesia dari Timur" memiliki lebih dari seratus anak sungai, beberapa diantaranya bermuara langsung di badan Sungai Musi yaitu Air Kelingi, Air Lakitan, Air Rawas, Air Batanghari Leko dan Air Pematang. Sungai Musi menjadi landmark karena merupakan sungai terbesar di Sumatera Selatan.


Umumnya kota-kota budaya tumbuh berkembang di pesisir, di lembah-lembah subur dan sungai besar, termasuk Kota Palembang. Peradaban-peradaban manusia di sepanjang zaman tak pernah terpisahkan dari aliran sungai sebagai sumber air untuk kehidupan. Beberapa kekuasaan termahsur di dunia dibina di tepian sungai besar. Tak sepanjang Sungai Nil di Mesir dan sejarah panjang peradabannya, Sungai Musi pun merupakan salah satu pusat peradaban yang ditandai dengan adanya Kerajaan Sriwijaya yang dipimpin raja-rajanya berdasarkan hikayat China dan guratan-guratan berita di prasasti.


Begitu rumitnya pembuktian perjalanan sejarah di Sriwijaya, namun Sungai Musi tetap memperlihatkan kesederhanaannya dari masa ke masa. Ini tercermin dari airnya yang selalu mengalir dari anak-anak sungai besar yang terhitung 9, mulai dari Jambi dan Bengkulu. Tak heran nama sungai-sungai ini dibesarkan sebagai Batang Hari Sembilan atau 9 sungai besar, yaitu Musi itu sendiri, Komering, Rawas, Leko, Lakitan, Kelingi, Lematang, Semangus, dan Ogan


Hingga kini, masih bisa Anda lihat kehidupan masyarakat di tepi sungai yang bisa dibilang merupakan suatu museum hidup di Kota Palembang. Sebagian dari mereka masih meninggali rumah panggung yang dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan status sosial penghuni pada zaman Kerajaan Sriwijaya; rumah panggung limas untuk keturunan sultan dan rumah rakit untuk rakyat biasa.


Masyarakat Kota Palembang menyadari bahwa terdapat perbedaan tata kota dan tipikal masyarakat di dua wilayah yang dibelah oleh Sungai Musi. Karakteristik yang kontras antara masyarakat Seberang Ulu (koridor selatan sungai) dan Seberang Ilir (koridor utara sungai) merupakan warisan tata budaya yang terbentuk pada zaman Sriwijaya berdasarkan ajaran makro-mikro kosmos.


Ketika itu, sebelah utara merupakan wilayah kerajaan, sementara bagian selatan terdiri dari masyarakat biasa. Konsep ini kemudian terus bertahan dari zaman ke zaman sehingga hari ini, bagian Ilir berkembang menjadi kota metropolitan yang serba modern, sementara bagian Ulu tetap bertahan sebagai periferi dengan karakteristik tradisional.





KULINER

Surganya kuliner bersemi di tepian Sungai Musi, mulai dari jajanan kaki lima hingga restoran bintang lima tersedia sebagai pilihan. Di kaki jembatan Sungai Musi terdapat foodcourt yang menghidangkan makanan-makanan khas Palembang seperti pempek dan tekwan. Restoran-restoran sederhana pun berjejer, beberapa diantaranya mengusung konsep Restoran Kapal Terapung. Kapal kayu yang sudah tidak dipakai dialih fungsikan sebagai restoran yang menyuguhkan masakan Nusantara.



BERBELANJA

Anda dapat menemukan souvenir di sekitar Sungai Musi. Berjalan1-2 km dari Museum Sultan Mahmud Badaruddin II maka akan menemukan dua toko yang menjual berbagai macam makanan dan suvenir seperti buah-buahan dan songket. Toko-toko ini disebut Pasar 16 Ilir dan Pasar 35 Ilir. Sekitar 2 km dari sana, Anda dapat menemukan pusat songket, kemudian 50 m berikutnya Anda dapat menemukan pusat ukiran Lekeur.

AKOMODASI

Dalam jarak kurang dari 2 kilometer dari Sungai Musi dan Jembatan Ampera saja sudah terdapat belasan hotel berbintang yang bisa Anda pilih. Harga hotel-hotel di dekat Jembatan Ampera mulai dari Rp300 ribu hingga di atas Rp1 juta.



Graha Sriwijaya Hotel

Jalan Merdeka No.9, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 373338



Rio City Hotel

Jalan Lingkaran 1 Dempo, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 379696



Emilia Hotel by Amazing

Jalan Letkol Iskandar No.18, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 5630099



Hotel Duta

Jalan Letkol Iskandar, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 372800



Hotel Horison Ultima Palembang

20 Ilir, Ilir Timur, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 388000



Quin Centro Hotel

Kompleks Ilir Barat Permai

Jalan Letkol Iskandar No.1, Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 318989



Royal Asia Hotel

Jalan Veteran No.521, Kepandean Baru, Ilir Tim I, Kota Palembang, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 372372


KEGIATAN

Bagi Palembang, sungai ini adalah pantai yang memanjang, tempat berlabuhnya kegiatan perekonomian juga penenang ketegangan usai pekerjaan. Airnya yang bergelombang dapat mengembalikan kesegaran jiwa, dan ketegangan raga mengendur di depan keagungannya. Kegiatan rekreasi sudah biasa dipusatkan di tepiannya, mulai dari tempat duduk-duduk, hingga kafe-kafe dan restoran. Lebih menyenangkan lagi, di tepian sungai ini tersedia perahu jelajah yang menghadirkan pandangan orang lalu saat mengarungi Sungai Musi.

Jangan sampai Anda melewatkan waktu untuk melakukan tur di Sungai Musi. Tur Sungai Musi adalah hal yang wajib dilakukan wisatawan yang ingin mengetahui sejarah Palembang. Saat tur di Sungai Musi maka Anda akan menemukan beberapa tempat wisata menarik seperti Pulau Kemarau dan tempat ibadah klenteng. Masyarakat setempat mengandalkan sungai ini untuk transportasi sehingga Anda akan melihat banyak perahu motor membawa penumpang untuk menyebrang.

Baik tua, muda, maupun anak-anak, semuanya menjadi wisatawan di tempat ini. Untuk mengindari cuaca terik, biasanya pengunjung berdatangan pada sore hari sambil menunggu Matahari terbenam berhiaskan panorama Jembatan Ampera. Mereka tidak segera pulang karena suasana malam lebih takjub diterangi oleh lampu-lampu di sekitar sungai.

Selami keunikan rumah rakit yang masih dapat dijumpai di tepian Sungai Musi di daerah Seberang Ilir dan Seberang Ulu, terutama pada lokasi pemukiman asli masyarakat Palembang. Beberapa rumah tradisional telah berumur lebih dari 50 tahun. Rumah-rumah ini memiliki konstruksi apung, dibuatnya dari kayu dan bambu dengan atap nipah dan sirap, namun belakangan ini dilengkapi dengan seng.

Paha hari perayaan tertentu, misalnya Hari Kemerdekaan Indonesia, diadakan festival air di sungai ini seperti perlombaan perahu, kontes menghias perahu, lomba renang melintasi sungai dan masih banyak lagi. Musi Triboatton juga merupakan event tahunan berskala internasional yang memadukan aspek pariwisata dan olahraga. Ajang kompetisi multi cabang olahraga air ini mengajak atletnya mengaruhi Sungai Musi yang melewati beberapa kabupaten sekaligus, seperti Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Empat Lawang.





BERKELILING



Untuk berkeliling Sungai Musi maka Anda harus menggunakan perahu motor yang dapat disewa di bawah jembatan Ampera, tepat di depan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II atau di depan Benteng Kuto Besak.

Ada beberapa jenis perahu motor seperti speed boat, ketek, dan kapal kecil. Harganya berkisar antara Rp50ribu hingga jutaan rupiah.

Biasanya pengendara perahu ketek akan berebut menawarkan jasa. Untuk jenis perahu tradisional ini, tarif yang dipasang berkisar antara Rp200-400 ribu. Jika ingin berkunjung sejenak ke Pulau Kemaro, Anda bisa meminta pegendara ketek untuk menunggu.

Mulai 2015 Pemerintah Kota Palembang menyediakan Kapal Putri Kembang Dadar berkapasitas 120 orang untuk leluasa mengelilingi Sungai Musi. Kapal ini memiliki fasilitas full AC dan musik yang membuat Anda merasa nyaman dan rileks.

Selain itu, ditawarkan juga menu-menu masakan yang beragam. Tersedia dua jenis paket tur yang bisa disesuaikan dengan kunjungan Anda. Pertama, paket sewa seharga Rp7,5 juta yang dapat dinikmati 120 orang penumpang selama tiga jam perjalanan. Kedua, regular trip yang memberlakukan tarif per orang, yakni Rp90 ribu untuk dewasa, Rp50 ribu untuk anak-anak. Durasi yang ditawarkan adalah satu jam perjalanan dengan minimal 40 orang peserta wisata. Kapal ini beroperasi secara reguler pada hari Sabtu, Minggu serta libur nasional pukul 10.00 dan 15.00.



TRANSPORTASI


Sungai Musi terletak di Palembang dan mudah diakses dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Jalan Tanjung Api-Api. Bandara ini adalah bandar udara internasional yang dapat diakses dari Malaysia, Singapura, China, dan Thailand. Untuk menuju ke Sungai Musi, Anda dapat naik taksi atau mobil sewaan dari bandara. Jarak antara bandara dan pusat kota sekira 6 km.

Di pusat kota, ada sembilan angkutan umum dan tujuh bus kota dari berbagai tujuan yang dapat membawa Anda ke Ampera.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.