NYEPI: SEHARI MENYEPI UNTUK REFLEKSI DIRI

Maret 12, 2013
Setiap agama di seluruh dunia memiliki cara sendiri untuk mendefinisikan dan merayakan datangnya tahun baru. Sementara China memiliki perayaan Imlek, umat Islam merayakan Muharram, umat Hindu Bali merayakan Tahun Baru berdasarkan Kalender Saka tradisional dengan ritual Nyepi. Tahun ini, puncak Nyepi akan berlangsung pada 12 Maret 2013.



Berbeda dengan budaya lain yang merayakan tahun baru dengan pesta dan perayaan meriah, masyarakat Bali merayakannya dalam keheningan (Nyepi). Nyepi dalam bahasa lokal berarti keheningan (sepi). Nyepi adalah hari penuh dedikasi untuk menghubungkan diri lebih erat dengan Tuhan (Hyang Widi Wasa) melalui doa dan pada saat yang sama sebagai hari introspeksi diri dalam menentukan nilai-nilai, seperti sebagai manusia, nilai cinta, kesabaran, kebaikan, dan lain-lain.



Dalam usaha melakukan refleksi diri tersebut, hal-hal yang sekiranya dapat mengganggu kekhusukan dilarang dilakukan. Ada 4 larangan utama dalam Nyepi berdasarkan empat ajaran Catur Brata, yaitu berikut ini.

• Amati Geni: melarang penyalaan api, penggunaan cahaya atau melakukan hal berkaitan kepuasan nafsu manusia.
• Amati Karya: melarang segala bentuk pekerjaan fisik selain yang didedikasikan untuk pembersihan spiritual dan pembaharuan.
• Amati Lelungan: melarang melakukan perjalanan, setiap orang diwajibkan tinggal di dalam rumah mereka.
• Amati Lelangunan: melarang segala bentuk hiburan, rekreasi atau hura-hura.



Meskipun Nyepi adalah hari libur bagi umat Hindu tetapi masyarakat Bali non-Hindu Bali juga turut menghormati Nyepi dengan tetap tinggal di kediaman masing-masing. Wisatawan juga tidak dibebaskan, kecuali melakukan apa yang mereka inginkan di hotel. Tidak ada yang diperbolehkan ke pantai atau jalan-jalan. Bahkan bandara ditutup untuk sepanjang hari tak terkecuali kantor, toko, dan lainnya. Satu-satunya pengecualian adalah untuk kendaraan darurat yang membawa pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa atau perempuan yang hendak melahirkan.



Sejumlah ritual dilakukan dalam rangka perayaaan Hari Raya Nyepi, yaitu berikut ini.



Melasti (Melis atau Mekiis)
Ritual ini dilakukan 3-4 hari sebelum puncak Nyepi dan didedikasikan untuk Sanghyang Widhi Wasa. Ritual ini dilakukan di pura dekat laut (Pura Segara) dan dimaksudkan untuk menyucikan stupa, pratima, dan pralingga (benda sakral) milik beberapa pura, juga untuk memperoleh air suci dari laut. Ritual yang samayang juga dilakukan di Pantai Balekambang di pantai Selatan Malang, Jawa Timur, disebut dengan ritual Jalani Dhipuja.



Tawur Kesanga dan Caru (ritual kurban sebelum Hari Nyepi)
Tawur Kesanga dan Caru adalah ritual yang dilakukan satu hari sebelum Hari Raya Nyepi dan berlangsung secara berjenjang, mulai dari tingkat rumah tangga, desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Pada ritual ini dipersembahkan ayam, bebek, babi, kambing, hingga sapi atau lembu dan juga berbagai hasil pertanian. Selain mengingatkan orang Bali tentang pentingnya ternak dan tanaman, ritual ini juga dimaksudkan untuk menenangkan Batara Kala dengan menawarkan Pecaruan.



Mendekati waktu Matahari terbenam pukul 5 atau 6 sore akan pula berlangsung ritual Pengrupukan. Masyarakat Bali akan berparade di jalan-jalan desa sambil membawa obor dan memukul kulkul (semacam kentongan bambu). Arak-arakan akan diikuti dengan prosesi ogoh-ogoh,semacam boneka raksasa terbuat dari kertas. Ogoh-ogoh merupakan representasi Bhuta atau roh jahat. Setelah prosesi tersebut, ogoh-ogoh akan dibakar saat puncak ritual Ngrupuk. Pembakaran ogoh-ogoh melambangkan pemberantasan segala pengaruh jahat dalam kehidupan.



Sehari setelah Nyepi, masyarakat Bali akan melakukan kunjungan ke tetangga dan kerabat untuk saling bermaafan sama halnya dengan kebiasan Muslim saat Idul Fitri. Hari ini disebut Ngembak Geni. Masyarakat Bali Hindu juga akan melakukan Canthi Dharma dengan mengutip sloka, kekidung, dan kitab suci.



Untuk menyaksikan prosesi Melasti, meskipun rangkaian ritual ini berlangsung hampir di seluruh Pulau Bali, yang terbaik adalah prosesi di sekitar pantai baik di Kuta, Seminyak, Nusa Dua, Sanur dan pantai-pantai popular lainnya. Kemungkinan besar setiap desa akan membuat setidaknya satu ogoh-ogoh dan arak-arakan ogoh-ogoh ini adalah tentunya tontonan yang menarik. Di beberapa kota seperti di Sanur, Kuta, Denpasar, Ubud, dan lainnya, biasanya diadakan kontes untuk ogoh-ogoh terbaik.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.