KOTA PALANGKARAYA

KOTA PALANGKARAYA

Kalimantan Tengah selain dikenal dengan penghuninya, yaitu suku dayak, juga merupakan paru-paru dunia karena memiliki hutan tropis yang luas nan subur. Pegunungan berantai di sebelah utara menaungi hutan-hutan yang paling asri di Kalimantan. Gunung-gunung di Kalimantan merupakan sumber aliran 11 sungai besar yang melewati area rawa gambut dan dataran rendah yang luas.

Selain itu, ada juga hutan mangrove di sepanjang muara yang menjadi tempat tinggal buaya. Rawa gambut merupakan rumah bagi fauna Kalimantan yang ikonik, yaitu orangutan, bekantan, monyet, berbagai jenis burung, macan tutul, landak, beruang madu, ular raksasa, burung enggang dan juga musang liar.

Palangkaraya sebagai ibukota Kalimantan Tengah adalah titik awal untuk menjelajahi jantung Pulau Kalimantan, kota tersebut melayani banyak penerbangan harian dari dan ke Pulau Jawa, serta ke banyak daerah-daerah terpencil di Kalimantan. Palangka Raya juga merupakan kota hub untuk semua area termasuk Kalimantan Selatan.

Awal terbentuknya Kota Palangkaraya berasal dari desa kecil Pahandut pada 17 Juli 1957. Tanggal tersebut memiliki makna tersendiri. Angka 17 melambangkan hikmah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, juga melambangkan 17 pilar yang berarti senjata untuk berperang. Kemudian berdasarkan undang-undang No.21 Tahun 1958, nama Pahandut diganti dengan nama Palangka Raya. Perkembangan Kota Palangka Raya tidak lepas dari peran mantan Gubernur, Tjilik Riwut yang kemudian namanya diabadikan sebagai nama bandar udara di Kalimantan Tengah.

Secara umum Kota Palangkaraya dapat dilihat sebagai sebuah kota yang memiliki tiga wajah yaitu wajah perkotaan, wajah pedesaan dan wajah hutan. Kondisi ini memberikan tantangan tersendiri bagi pemerintah Kota Palangka Raya dalam membangun kota tersebut. Kondisi semakin menantang lagi bila mengingat luas Kota Palangkaraya yang berada pada urutan ke-3 di Indonesia yaitu 2,687 km persegi.

Presiden pertama Indonesia, Soekarno, memutuskan bahwa kota yang terletak di tepi Sungai Kahayan tersebut kelak akan menjadi ibukota Indonesia selanjutnya. Palangka Raya benar-benar dirancang dari awal dan dikembangkan dalam proporsi besar pada 1960-an. Akan tetapi, setelah peninggalan Presiden Soekarno, Palangkaraya menjadi sebuah provinsi baru. Ide Palangkaraya dikembangkan sebagai ibukota baru kembali muncul setelah Jakarta semakin padat dan melampauai kapasitasnya.

Ecotourism memang belum berkembang di sekitar pegunungan namun di dataran rendah hingga kawasan sungai sudah dibilang cukup matang. Palangkaraya ini sendiri bisa dibilang sebagai pelopor ecotourism di Kalimantan yang memperkenalkan Perahu Rahai’I Pangun sebagai transportasi sungai tradisional yang nyaman. Berlayar dengan perahu itu akan membawa Anda melihat keindahan alam dan fauna yang megah, terutama orangutan. Belum lagi mencoba berbaur dengan masyarakatnya, ini akan menciptakan pengalaman ekowisata baru.

Menjelajah hutan dan sungai dengan Perahu Rahai'i Pangun akan sangat istimewa. Minimal Anda akan bertemu dengan hutan hujan, satwa liar, terutama orang utan dan pinggiran sungai dimana desa-desa Dayak didirikan. Perahu ini kemudian dimanfaatkan masyarakat setempat untuk menghasilkan mata pencaharian sebagai alat transportasi ekowisata. 


KULINER

Jalan Sudarso di Palangka Raya menawarkan Anda jajaran warung-warung makanan dengan bermacam pilihan makanan khas Indonesia. Kuliner favorit di sini adalah jagung bakar, wedang jahe, kopi dan juga sate.

Saat menyusuri Sungai Kahayan, jangan lewatkan bersantap di atas sungai lewat kapal KM. Lasang Teras Garu. Coba cicipi sayur asam yang terbuat dari umbut rotan atau pucuk tumbuhan yang diberi nama sayur kalakai. Sayur ini sangat menyehatkan bagi mereka yang terkena penyakit gula darah. Hasil sungai yang melimpah juga membuat warga setempat pandai meracik ikan-ikan seperti ikan baung, patin, lais, papuyu dan ikan gabus.

Berikut ini adalah beberapa rumah makan yang menawarkan kuliner khas Palangkaraya.

Kampung Lauk
Jl. Trans Kalimantan arah Gunung Mas, Pahandut

Kum-Kum

Jl. Trans Kalimantan arah Gunung, Pahandut Seberang

Pelangi
Jl. Dr Murjani Palangka Raya

Alan
Jl. Dr Murjani Palangka Raya

Fadli
Jl. Yos Soedarso Palangka Raya

RM Makan AA

Jl. Yos soedarso Palangka Raya


BERBELANJA

Toko-toko yang menjual suvenir terletak di Jalan Batam, dekat pasar tradisional. Ini pusat perbelanjaan untuk kerajinan tradisional, makanan dan pakaian dengan harga yang terjangkau.

KEGIATAN

Tur Rahai'i Pangun menawarkan berbagai macam pilihan kegiatan susur sungai, mulai dari tur ke rumah panjang, melihat keindahan alam dan budaya, hingga berpetualang ke Taman Nasional Sebangau. Kapal tradisional yang membawa Anda ini dilengkapi 5 kabin nyaman, 3 kamar mandi dan dek yang besar, serta kursi rotan yang nyaman. Ambillah perjalanan yang santai selama 5 hari di atas kapal, Anda tidak rugi karena akan mencicipi masakan-masakan terlezat yang pernah Anda coba di atas kapal. Rasakan perjalanan magis menjelajahi sungai hitam  dengan sampan untuk melihat orangutan di sekitar pulau-pulau di pinggir sungai.

Usai menikmati alam liar, jelajahi Palangkararaya lewat Museum Balanga yang memiliki koleksi artefak dari kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak, mulai dari kelahiran, perkawinan hingga kematian. Koleksi yang terdapat di sini antara lain topeng, tiang totem, mandau, dan kain-kain tradisional. Anda juga dapat mengunjungi Desa Pahandut dengan berjalan kaki atau menaiki becak. Rumah-rumah di sini dibangun di atas panggung untuk menghindari air sungai yang pasang selama musim hujan.

Apabila masih tersisa banyak hari di Palangkararaya, lanjutkan perjalanan mengunjungi pusat edukasi dan penyelematan orangutan di Arboretum Nyaru Menteng, sekira 30 km dari kota tepatnya di Jalan Tjilik Riwut. Tempat ini dibuka untuk umum pada hari Minggu dan memungkinkan pengunjung melihat orangutan yang masih remaja dari balik kaca. Setelah itu cobalah singgah di kaki Bukit Tangkiling, di sini terdapat taman satwa kecil yang dihuni banyak buaya.

Bagi pecinta alam dapat melanjutkan trekking menaiki Bukit Tangkiling yang terletak 35 km dari Palangka Raya. Bukit Tangkiling memiliki ketinggian 150 meter dan pendakiannya relatif mudah. Temukan pemandangan indah dari atas bukit berupa hutan rawa gambut yang luas. Sebelum tiba di puncak, Anda akan menemukan rumah-rumah juga bangunan yang didirikan untuk meletakkan persembahan bagi para roh. Kemudian jelajahi Bukit Batu sekira 70 km dari pusat kota. Di sini terdapat singkapan batu langka yang dihormati warga lokal sebagai situs kontemplasi pahlawan nasional mereka yaitu Tjilik Riwut.

Destinasi lain yang sayang untuk dilewatkan adalah susur Sungai Kasongan di Kabupaten Katingan yang terkenal akan produksi kayu, rotan, emas, buah-buahan, karet, kepala sawit dan masih banyak lagi. Meneruskan perjalanan ke utara, Anda akan menemukan Tanjung Sumbang yang berlokasi di belakang desa kecil dimana Anda bisa menemui masyarakat Dayak asli. Mereka masih tinggal di rumah tradisional yang dihiasi ukiran mewah, juga terdapat rumah tulang yang digunakan untuk menyimpan tulang belulang nenek moyang.


BERKELILING
Taksi bandara tersedia sesampainya Anda di Bandara Tjilik Riwut. Ada banyak mobil sewa dengan supir apabila Anda ingin coba menelusuri destinasi di Palangka Raya. Hotel-hotel besar pun dapat membantu Anda menyediakan jasa transportasi.

Di sekitar kota terdapat mini bus yang menawrakan rute-rute tertentu dan beroperasi pada 06.00-16.00. Di luar waktu yang telah dijadwalkan, Anda harus pandai tawar-menawar.

TRANSPORTASI
Garuda Indonesia membuka rute Palangka Raya dari dan ke Kota Jakarta, Balikpapan serta Pontianak. Lion Air mengubungkan Palangka Raya dengan Jakarta dan Surabaya. Aviastar beroperasi dengan rute Palangka Raya ke Buntok, Pangkalan Bun dan Muara Teweh. Citilink terbang dari dan ke Surabaya, serta terdapat Kalstar yang menghubungkan Palangka Raya dengan Pangkalan Bun dan Muara Teweh. 


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.