BAU NYALE: FESTIVAL MANDALIKA DI LOMBOK, NTB
Masyarakat Sasak bersiap merayakan upacara tradisional Bau Nyale yang setiap tahun dirayakan lima hari setelah bulan purnama pada hari ke-20 bulan ke-10 berdasarkan kalender tradisional Sasak. Tahun ini perayaan tersebut jatuh pada 22-23 Februari 2011.
Sasak adalah kelompok etnis dominan yang mendiami pulau Lombok, di Nusa Tenggara Barat, dekat Bali. Bau dalam bahasa Lombok berarti “menangkap" dan nyale adalah sejenis cacing laut yang hanya muncul dipermukaan hanya beberapa kali dalam setahun. Oleh karena itu, Bau Nyale adalah upacara meriah, dimana para suku sasak berramai-ramai menangkap nyale di sepanjang pesisir pantai Lombok. Tahun ini acara tersebut akan berlangsung di pantai Kaliantan, Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur.
Festival ini juga akan menampilkan lomba tradisional seperti Bekayaq, Cilokaq, Peresean, Begambus, berbalas pantun, dan lomba mendayung perahu. Sebagai event akbar rakyat Lombok, Festival Bau Nyale juga akan menampilkan berbagai pertunjukan kesenian, seperti: wayang kulit, penginang robek, dan teater legenda Putri Nyale. Festival ini tidak hanya akan dikemas oleh suku Sasak lokal tapi juga diikuti oleh pemerintah setempat dan tentunya penonton dari seluruh dunia.
Penduduk setempat percaya, bahwa nyale bukan hanya cacing biasa, tetapi dianggap sebagai makhluk suci yang membawa kesejahteraan bagi mereka yang menghormatinya atau kemalangan bagi mereka yang mengabaikannya. Keyakinan ini didasarkan pada legenda Putri Mandalika.
Legenda mengatakan bahwa pada masa lalu, hiduplah seorang putri cantik bernama Mandalika. Cerita tentang kecantikannya terkabar sampai ke setiap sudut pulau, sehingga banyak pangeran jatuh cinta padanya dan sangat ingin menikahinya. Untuk mendapatkannya, mereka menciptakan suatu pergolakan di seluruh pulau. Melihat kejadian ini, sang putri sedih dan merindukan perdamaian di tanahnya. Untuk mengakhiri kekacauan itu, Putri Mandalika menenggelamkan dirinya ke laut. Saat pengikutnya mencoba untuk menemukan tubuhnya, mereka hanya menemukan cacing laut yang berlimpah yang saat ini dikenal sebagai nyale. Dengan demikian, nyale diyakini sebagai reinkarnasi Putri Mandalika. Oleh karena itu nyale yang muncul setiap tahun di pantai dianggap sebagai putri cantik yang mengunjungi bangsanya.
Salah satu peristiwa yang paling penting bagi masyarakat Sasak, yaitu upacara Bau Nyale adalah sebuah ritual dimana tradisi mulia bertemu dengan pemandangan yang memesona. Mulai dari penduduk desa, pemerintah setempat, serta pengunjung akan berduyun-duyun ke pantai melebur menjadi bagian dari tradisi kuno ini. Inilah kesempatan untuk merasakan budaya eksotis dengan latar belakang pandangan pulau yang indah dan magis, Bau Nyale sangat layak untuk dikunjungi. Upacara Nyale ini juga dikenal di Sumba, di mana upacara juga diikuti oleh Festival Pasola.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan klik:
http://www.lomboktimurkab.go.id/
Sasak adalah kelompok etnis dominan yang mendiami pulau Lombok, di Nusa Tenggara Barat, dekat Bali. Bau dalam bahasa Lombok berarti “menangkap" dan nyale adalah sejenis cacing laut yang hanya muncul dipermukaan hanya beberapa kali dalam setahun. Oleh karena itu, Bau Nyale adalah upacara meriah, dimana para suku sasak berramai-ramai menangkap nyale di sepanjang pesisir pantai Lombok. Tahun ini acara tersebut akan berlangsung di pantai Kaliantan, Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur.
Festival ini juga akan menampilkan lomba tradisional seperti Bekayaq, Cilokaq, Peresean, Begambus, berbalas pantun, dan lomba mendayung perahu. Sebagai event akbar rakyat Lombok, Festival Bau Nyale juga akan menampilkan berbagai pertunjukan kesenian, seperti: wayang kulit, penginang robek, dan teater legenda Putri Nyale. Festival ini tidak hanya akan dikemas oleh suku Sasak lokal tapi juga diikuti oleh pemerintah setempat dan tentunya penonton dari seluruh dunia.
Penduduk setempat percaya, bahwa nyale bukan hanya cacing biasa, tetapi dianggap sebagai makhluk suci yang membawa kesejahteraan bagi mereka yang menghormatinya atau kemalangan bagi mereka yang mengabaikannya. Keyakinan ini didasarkan pada legenda Putri Mandalika.
Legenda mengatakan bahwa pada masa lalu, hiduplah seorang putri cantik bernama Mandalika. Cerita tentang kecantikannya terkabar sampai ke setiap sudut pulau, sehingga banyak pangeran jatuh cinta padanya dan sangat ingin menikahinya. Untuk mendapatkannya, mereka menciptakan suatu pergolakan di seluruh pulau. Melihat kejadian ini, sang putri sedih dan merindukan perdamaian di tanahnya. Untuk mengakhiri kekacauan itu, Putri Mandalika menenggelamkan dirinya ke laut. Saat pengikutnya mencoba untuk menemukan tubuhnya, mereka hanya menemukan cacing laut yang berlimpah yang saat ini dikenal sebagai nyale. Dengan demikian, nyale diyakini sebagai reinkarnasi Putri Mandalika. Oleh karena itu nyale yang muncul setiap tahun di pantai dianggap sebagai putri cantik yang mengunjungi bangsanya.
Salah satu peristiwa yang paling penting bagi masyarakat Sasak, yaitu upacara Bau Nyale adalah sebuah ritual dimana tradisi mulia bertemu dengan pemandangan yang memesona. Mulai dari penduduk desa, pemerintah setempat, serta pengunjung akan berduyun-duyun ke pantai melebur menjadi bagian dari tradisi kuno ini. Inilah kesempatan untuk merasakan budaya eksotis dengan latar belakang pandangan pulau yang indah dan magis, Bau Nyale sangat layak untuk dikunjungi. Upacara Nyale ini juga dikenal di Sumba, di mana upacara juga diikuti oleh Festival Pasola.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan klik:
http://www.lomboktimurkab.go.id/
Tidak ada komentar: