PULAU SATONDA

PULAU SATONDA


Dua ilmuwan Eropa bernama  Stephan Kempe dan Josef Kazmierczak meneliti Danau Satonda pada tahun 1984, 1989 dan 1996. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa Satonda adalah fenomena langka karena airnya yang asin dengan tingkat kebasaan (alkalinitas) sangat tinggi dibandingkan air laut umumnya. Keduanya berpendapat, basin Satonda muncul bersamaan dengan terbentuknya kawah tua yang berumur lebih dari 10.000 tahun lalu. (Microbialites and Hydrochemistry of the Crater Lake of Satonda”, 1996)

Mungkin tak banyak orang pernah mendengar pulau bernama Satonda. Pulau ini berupa daratan vulkanis yang terbentuk karena letusan gunung api di dasar laut sedalam 1000 meter sejak jutaan tahun lalu. Lokasi pulau yang amat menawan ini berada di Laut Flores dan secara administratif masuk wilayah Desa Nangamiro, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. 

Pulau vulkanis Satonda terlihat memesona apabila dipandang dari puncak Gunung Tambora yang letaknya sekira 30 kilometer. Banyak yang mengatakan belum lengkap rasanya mendaki Gunung Tambora apabila tidak menyambangi Pulau Satonda. Kabarnya Pulau Satonda lebih terkenal di kalangan wisatawan mancanegara yang menjadikannya semacam pulau singgah saat menyambangi Taman Nasional Komodo dari Bali atau Lombok. Mereka biasanya singgah untuk menyempatkan snorkeling di sekitar perairan Pulau Satonda yang pesisirnya memiliki hamparan pasir putih memesona.

Selain memiliki potensi wisata yang beragam, mulai dari eksotisme alam pegunungan vulkanis dan keberadaan danau air asin di kawahnya, Pulau Satonda juga menyimpan kekayaan terumbu karang di perairan sekitarnya. Pulau Satonda telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut (TWAL) pada tahun 1999 oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan. Hal itu karena potensi alam lautnya memiliki kekayaan terumbu karang. Ada beberapa jenis karang di kawasan sekitar perairan Pulau Satonda, yaitu Acroporidae, Xenia sp, Favidae, Sarcophyton sp, Labophyton sp, Hetractris crispa, Nephtea sp, Capnella sp, Lemnalia sp, dan Astrospicularis sp. Tentunya di karang-karang tersebut hidup pula beragam jenis ikan hias dan makhluk laut lainnya.  Penyu sisik (Eretmochelys imricata) juga kerap terlihat berenang dan mencari makan di sekitar terumbu karang Pulau Satonda. Adapun jenis flora yang menjadi kekayaan laut sekitar pulau vukanis ini adalah ketapang (Terminalia catappa), pandan laut (Pandanus tectorius), beringin (Ficus sp), waru laut (Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), Mentigi (Pempis sp) dan asam (Tamarindus indica).

Selain untuk tujuan wisata, pulau gunung api seluas 2.600 hektar  yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat itu juga kerap dikunjungi para ilmuwan dan peneliti baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satu alasannya adalah karena keberadaan pulau yang satu ini tidak dapat dipisahkan dari fenomena meletusnya Gunung Tambora yang menghebohkan dunia pada 15 April 1815. Bagaimana tidak, dampak letusan Gunung Tambora telah mengguncang beberapa belahan dunia dan debunya mengotori atmosfir Bumi hingga bertahun-tahun bahkan menyobek lapisan tipis ozon. Efek letusan Tambora juga mengakibatkan perubahan iklim sehingga hujan turun tanpa henti selama delapan minggu di Inggris yang memicu epidemi tifus yang menewaskan 65.000 orang. Letusan Gunung Tambora juga mengakibatkan siang menjadi gelap gulita dan berdampak gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia dan menyebabkan kekurangan bahan pangan di negara-negara tersebut.

Berkaitan efek letusan Gunung Tambora, keberadaan danau air asin di kawah Satonda adalah salah satu dampak yang unik dan menarik untuk dikaji. Kawah Satonda menyerupai angka delapan dengan diameter masing-masing 950 meter (sebelah Selatan) dan 400 meter (sebelah Timur). Danau purba ini terbentuk dari letusan Gunung Satonda beribu-ribu tahun lalu. Gunung api Satonda konon berumur lebih tua dari Gunung Tambora, atau tumbuh bersamaan dengan beberapa gunung api parasit yang tersebar di sekeliling Tambora. Danau yang terbentuk di kawah Satonda dulunya terisi air tawar; letusan Gunung Tambora yang mengakibatkan tsunami mengantar air laut mengisi kawah tersebut dan mengubahnya menjadi danau air asin hingga hari ini


KEGIATAN

Pulau Satonda yang tak berpenghuni adalah destinasi wisata alam yang menarik untuk dijelajahi keindahannya. Alam pegunungannya dan keunikan danau air asin serta kekayaan taman bawah lautnya menjadi daya tarik yang seakan tak pernah habis.

Untuk mencapai pulau yang letaknya sekira 3 kilometer dari semenanjung Sanggar di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini, Anda dapat menggunakan perahu cadik bermotor dari desa terdekat, yaitu Desa Nangamiro. Selama perjalanan yang biasanya memakan waktu sekira 1 jam tersebut, jika beruntung Anda akan dapat pula menyaksikan aksi lumba-lumba yang melintasi perairan Laut Flores.

Setibanya di pantai yang terbilang sepi nan cantik dan berpasir putih tersebut, pendakian menuju danau kawah dimulai di kawasan tengah pulau. Jalanan akan mulai menanjak dan mendaki namun pendakian tersebut akan terasa setelah Anda tiba di puncak Gunung Satonda. Pemandangan dari puncaknya adalah kawah berbentuk angka delapan yang memukau. Danau cantik dan unik berwarna hijau tersebut dinamakan Danau Satonda; terhampar tenang di tengah kaldera yang dikepung oleh hijau pepohonan. Kicauan burung yang bertengger di pepohonan tersebut akan pula menjadi musik alam yang menggugah indera pendengaran Anda di tengah keheningan yang dihadirkan sebuah pulau vulkanis tak berpenghuni.

Setibanya di danau tersebut, berenang tentu menjadi hal yang tak boleh dilewatkan. Cicipi betapa asin air danau yang sama sekali tidak memiliki jalur atau celah yang terhubung dengan laut. Airnya bahkan lebih asin dari air laut. Yang menarik adalah bahwa riak air danau seolah bergerak seiring pasang-surutnya air laut yang mengepung Pulau Satonda itu sendiri. Sungguh suatu fenomena alam yang mengesankan dan karenanya layak dijaga dan dilindungi kelestariannya.

Air asin dari danau dengan kedalaman bervariasi (maksimal 69 meter) tersebut memiliki tingkat keasaman mencapai pH 7,08 – 8,27. Di bawahnya tidak banyak dihuni ikan dan biota air lainnya, hanya ada beberapa jenis ikan berukuran kecil; ikan-ikan ini pun mengandung kadar garam yang cukup tinggi. Namun begitu, kondisi air asin rupanya adalah media yang tepat bagi alga merah untuk tumbuh subur di karang-karang yang terdapat di permukaan danau.

Danau dengan temperatur air 28,3ºC–39,0ºC ini dianggap memiliki kemiripan dengan kondisi laut zaman purba. Kesimpulan ini didapat berdasarkan hasil penelitian terhadap karang dan fosil alga yang hidup di danau tersebut. Oleh karenanya, tak heran apabila banyak peneliti baik dari dalam maupun luar negeri tertarik untuk mengunjungi danau ini dan melakukan penelitian. Pada 2008, seorang peneliti dari BP Migas dan Universitas Gadjah Mada bahkan menemukan bahwa terumbu karang di Danau Satonda mengandung minyak dan gas bumi. Tapi tentunya kawasan ini tidak boleh menjadi areal penambangan.

Di tepian danau, Anda akan melihat pohon yang berbuah batu. Batu-batu tersebut memang sengaja digantungkan oleh wisatawan yang sempat berkunjung ke sana. Karena konon batu-batu yang digantung tersebut mewakili doa dan harapan orang-orang yang dipercaya akan terkabul.  

Kegiatan menarik lainnya yang dapat Anda lakukan saat mengunjungi Pulau Satonda adalah snorkeling di perairan sekitar pulau yang tenang nyaris tanpa ombak. Pantai Pulau Satonda adalah pantai berpasir putih dengan dasar perairan yang landai (di bagian timur dan selatan pulau) dan bagian yang curam (di utara dan barat). Pulau Satonda yang telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut (TWAL) pada tahun 1999 ini memang memiliki potensi kekayaan dan keindahan bawah laut. 


Tips
Siapkan pakaian ganti, handuk, alat snorkeling, dan lainnya saat Anda mengunjungi pulau vulkanis yang eksotis ini. Danau air asin dan perairan yang tenang di sekitar pulau akan menarik Anda untuk berenang dan menyelaminya.

Bawalah bekal makanan dan minuman yang cukup saat kunjungan ke pulau tak berpenghuni tersebut.

Bawalah atau simpanlah sampah yang Anda hasilkan (misal dari kemasan makanan atau minuman) apabila tak ditemukan tempat sampah di sekitar pulau. Lalu buanglah pada tempat sampah yang seharusnya.

Kenakan pakaian dan sepatu yang nyaman mengingat Anda akan melakukan pendakian.

Anda tidak diperkenankan melakukan tindakan yang mengarah pada pengrusakan dan pencemaran lingkungan di sekitar pulau. Hal itu karena ekosistem di pulau ini adalah salah satu kekayaan unik yang tak banyak ditemui di tempat lain di dunia ini. Oleh karenanya, wajib bagi siapa pun yang menyambanginya untuk turut menjaga dan melestarikannya.

TRANSPORTASI
Secara administratif, Pulau Satonda berada di wilayah Desa Nangamiro, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Untuk mencapainya ada beberapa alternatif jalur yang dapat dipilih. Dari Sumbawa Besar, perjalanan menuju Desa Nangamiro dapat ditempuh selama 8 jam berkendara. Apabila Anda dari Dompu, perjalanan menuju desa kecil tersebut sekira 5 jam.

Dari pelabuhan Nangamiro, perjalanan menuju Pulau Satonda dapat ditempuh menggunakan perahu selama kurang lebih setengah sampai satu jam perjalanan. Tarif perahu sekira Rp25.000,- per orang. Alternatif lain adalah dengan cara naik kapal pesiar dari Pulau Bali atau Lombok, mengambil jurusan Flores. Kapal pesiar memang kerap mampir di Pulau Satonda sebelum melanjutkan perjalanan (biasanya) menuju Taman Nasional Komodo.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.