TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING

Sungai di belantara Kalimantan membelah hutan-hutan lebat akan menjadi teman setia Anda selama beberapa hari. Belum lagi nyanyian burung-burung, suara monyet yang bergelantungan, hingga beragam bunyian unik dari serangga yang tidak pernah berhenti. Udara segar dan cakrawala terbuka luas akan merekahkan indahnya Matahari, saat malam tiba, giliran keindahan bintang-bintang bertebaran terpancar. Inilah Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) yang begitu lengkap, merasakan hidup langsung di tengah hutan tidak lagi hanya mimpi.

TNTP sangat istimewa karena kawasan ini merupakan ibukota orangutan di muka Bumi, sekaligus pusat rehabilitasi orangutan pertama di Indonesia. Luasnya mencapai seukuran Pulau Bali yakni sekira 415.040 ha. Secara geografis menempati wilayah Kecamatan Kumai di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kecamatan Hanau serta Kecamatan Seruyan Hilir di Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah.

Awalnya kawasan ini dinyatakan sebagai cagar alam tahun 1935 dan menjadi taman nasional pada 1982. Lokasi yang berada di semenanjung luar laut Jawa menjadikan tempat ini zona habitat yang beragam dari sejumlah besar makhluk hidup, baik flora maupun fauna.

Beberapa tipe ekosistem yang terdapat di sini  adalah hutan hujan tropika dataran rendah, hutan tanah kering, hutan rawa air tawar, hutan mangrove, hutan pantai dan hutan sekunder. Kawasan TNTP didominasi oleh tumbuhan hutan dataran rendah seperti jeluntung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.) dan roran. Sementara itu, jenis satwa endemik yang terdapat di hutan ini antara lain orangutan (Pongo satyrus), bekantan (Nasalis larvatus), kancil (Tragulus javanicus klossi), macan dahan (Neofelis nebulosa) dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis borneoensis).

Lingkungan hutan yang menakjubkan ini harus dikunjungi jika Anda memang penyuka petualangan di alam terbuka. Sungai di sekitar TNTP merupakan sumber air yang jernih dan didiami beragam ikan air tawar dan makhluk dua alam. Dengan jumlah populasi yang banyak di tempat ini menjadikannya salah satu tempat terpenting di dunia untuk pelestarian hewan primata, burung, reptil dan ikan.

Orangutan tidak diragukan lagi adalah satwa yang paling terkenal di sini, karena kawasan Camp Leakey yang terdapat di TNTP awalnya merupakan lokasi penelitian mahasiswa yang berasal dari Universitas Colombia, Los Angeles, yang bernama MF. Galdikas. Penelitian tersebut didukung oleh Direktorat Perlindungan Pelestarian Alam yang disebut Ditjen PHKA. Nama Leakey sendiri diambil dari nama pembimbing mahasiswa tersebut yaitu Prof. Louis Leakey.

Saat ini pihak balai TNTP bekerja sama dengan Orangutan Foundation International (OFI) di area Camp Leakey. Tugas mereka adalah merehabilitasi dan memantau perilaku orangutan hasil sitaan warga untuk dapat kembali diliarkan. Orangutan sitaan terssbut diharapkan dapat kembali hidup bebas di habitat asli mereka. TNTP adalah tempat paling sempurna untuk melihat langsung kehidupan hewan menakjubkan itu di alam liar.

Tidak hanya menaungi flora-fauna yang luar biasa, TNTP juga sangat penting bagi kesejahteraan penduduk setempat. Lahan basah di sini menyediakan penyeimbang lingkungan yang penting seperti pengendalian banjir, pencegahan erosi, sistem filtrasi alami dan penghasil ikan musiman yang merupakan sumber protein hewani. Selain itu, masyarakat bisa menuai keuntungan dengan memanfaatkan hasil hutan termasuk madu, lilin, kayu aromatik, serat untuk bahan baku tali dan kain, tanaman obat, lateks, resin, pestisida alami, fungisida dan masih banyak lagi.

Itulah sebabnya mengapa TNTP diakui sebagai salah satu harta yang paling berharga di Provinsi Kalimantan Tengah. Pemerintah setempat juga terus berkomitmen melindungi hutan, satwa liar dan mengelola taman dengan bijak. TNTP tidak berhenti memperoleh prestise dan pengakuan dari dunia internasional sehingga banyak pengunjung dari seluruh dunia mengapresiasi hutan hujan yang dijuluki Taman Eden ini.


KULINER

Makanan khas Kotawaringin yang terdekat dengan TNTP lebih banyak berupa olahan ikan. Oleh karenanya makanan di klotok pun demikian. Kuliner yang tersaji biasanya berupa ikan belida dan coto mangala dengan ubi sebagai pengganti nasi. Kudapan berupa goreng pisang buatan juru masak di perahu klotok terkenal nikmat jadi jangan lupa mencicipya.

BERBELANJA

Hanya sedikit souvenir yang dapat di beli di Pangkalan Bun teapi ada juga kesempatan untuk membeli souvenir orangutan di Tanjung Harapan, Pondok Tanguy atau di Rimba Ecolodge. Barang yang bisa Anda beli umumnya berupa kaos atau gantungan kunci bergambar orangutan.

Awak perahu klotok sangat menyenangkan diajak bicara dan berbagi informasi, mereka pun ternyata memiliki hadiah menarik bagi wisatawan yakni sebuah gelang yang mereka rajut sendiri di atas klotok dari akar bruta. Apabila Anda ingin membaginya kepada kerabat, gelang ini pun bisa dibeli di toko oleh-oleh di Pangkalan Bun.

AKOMODASI

Kebanyakan pengunjung datang ke Tanjung Puting dengan kapal dan tinggal di kapal selama kunjungan mereka. Ada juga pilihan terbatas untuk menginap yaitu di hotel sederhana dan homestay di rumah penduduk setempat.

Tidur di perahu klotok adalah kesempatan luar biasa. Operator akan mengatur kebutuhan Anda di perahu termasuk menyulap perahu menjadi tempat tidur lengkap dengan kelambunya. Lihat bagian Transportasi untuk sewa klotok.

Apabila itu terlalu liar maka ada pilihan menginap di Rimba Ecolodge yang lokasinya berdekatan dengan Sungai Sekonyer dan tepian TNTP. Tempat ini dapat dicapai sekira 1 jam dari Pelabuhan Kumai di Pangkalan Bun. Rimba Ecolodge memiliki 32 kamar dengan kelengkapan layaknya resor namun ini berlokasi di tengah hutan. Uniknya tempat ini adalah rumah-rumah yang juga sering disambangi hewan seperti monyet dan bekantan. Harga kamar di Rimba Ecolodge dimulai dari Rp900 ribu.

KEGIATAN

Rasanya tidak cukup berada satu malam di TNTP. Butuh dua, tiga, empat hari atau bahkan berminggu-minggu untuk menikmati pengalaman menakjubkan menyatu dengan alam. Dengan perahu klotok, Anda akan menelusuri Sungai Sekonyer, sungai dengan warna hitam alami yang menjadi habitat bagi banyak satwa liar termasuk buaya, biawak dan ular. Ketika mendengar suara perahu klotok mengarungi sungai, bekantan dan monyet-monyet ekor panjang akan merasa aman dari sergapan buaya sehingga Anda bisa melihat mereka melompat dari satu pohon ke pohon lain di seberang sungai. Saat malam hari tiba, cahaya Bulan semakin cantik ditemani kerlap-kerlip ribuan kunang-kunang yang menari di bantaran sungai. Tidur Anda pun akan lelap dinyanyikan suara serangga dan lembutnya suara dahan terhembus karena angin.

Setidaknya ada empat lokasi yang dapat Anda kunjungi untuk melihat orangutan dan hewan lainnya di TNTP, yaitu: Tanjung Harapan, Pesalat, Pondok Tanguy, Pondok Ambung dan Camp Leakey.

Tanjung Harapan merupakan stasiun pertama dalam proses kunjungan orangutan, lokasi ini berada di hutan skunder dan hutan rawa yang dilengkapi dengan wisma tamu, pusat informasi dan jalur trekking. Sementara itu, Pesalat merupakan stasiun kedua yang sering dikunjungi untuk wisata ataupun penelitian. Di areal ini banyak pecinta alam maupun kader konservasi. Sedangkan Pondok Tangui, sebagai stasiun ketiga, memiliki atraksi pemberian makan orang utan dan jalur trekking pendek. Pondok Ambung yang merupakan stasiun keempat menyediakan pengalaman mengamati satwa, jalur trekking malam dan menara pengintai satwa. Kemudian sebagai stasiun terakhir, Camp Leakey juga memperlihatkan pemberian makan orangutan dengan jalur trekking yang lebih bervariasi.

Atraksi pemberian makan orangutan sangat menarik karena Anda bisa melihat bagaimana dominasi satu orang utan terhadap orang utan yang lain, terkadang primata lain seperti owa pun turut melahap pisang yang telah disiapkan oleh ranger orangutan. Pondok Tanguy sendiri secara khusus merupakan pusat rehabilitasi untuk orangutan yang pernah ditangkap dan dipelihara manusia. Lokasinya dapat dicapai dari Pesalat sekira 1,5 jam dengan klotok atau 1 jam dengan speedboat. Tanjung Harapan dapat dicapai sekira 1,5-2 jam dan berikutnya dari sana Anda dapat mampir ke Pesalat sekira perjalanan sungai 1 jam.

Di kelima pusat penangkaran orang utan di TNTP, Anda dapat berkesempatan melihat dari dekat primata menakjubkan ini dan belajar lebih banyak tentang bagaimana kita dapat melindungi spesies yang terancam punah tersebut.

Anda juga berkesempatan mengarungi Sungai Buluh Besar yang dekat dengan penangkaran rusa dan Sungai Arut Tebal yang dijadikan pusat penangkaran penyu sisik serta pelepasan tukik.

Untuk informasi lebih lanjut Anda bisa menghubungi pihak berikut.

Kantor Taman Nasional Tanjung Putting

Jl. HM Rafi'i Km 2, Pangkalan Bun, Kota Waringin Barat 74181Kalimantan TengahTelp./Fax. : (0532) 23832

Tips
Bawalah obat pengusir nyamuk, sunscreen, dan lampu senter. Jangan lupa membawa kamera karena tentunya Anda tidak akan ingin melewatkan setiap momen pengalaman berada dekat dengan orangutan. Waktu ideal untuk berkunjung ke TNTP antara Juni hingga September dimana cuaca terbilang cerah dan langit di malam hari begitu indah diramaikan kunang-kunang dan bintang yang begitu jelas terlihat bertaburan.

Saat Anda memasuki kawasan penangkaran maka sebaiknya jangan bertindak berlebihan ketika bertemu mereka dan jangan kaget pula mendengar suara hewan ini yang terdengar begitu keras hingga beberapa menit.

Ada tiket yang perlu dibayar memasuki TNTP, yaitu Rp5.000/hari saat weekday dan Rp7.500/hari saat weekend, hari libur serta cuti bersama untuk wisnus. Sementara untuk wisman adalah Rp150.000/hari saat weekday dan Rp225.000 pada saat weekend, hari libur dan hari cuti bersama. Peralatan foto tidak dikenakan biaya namun untuk tujuan komersil dikenakan retribusi sebesar Rp250.000 dan diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi).

BERKELILING
Ketika berada di dalam hutan tidak ada pilihan lain kecuali berjalan kaki masuk ke hutan namun itu sungguh luar biasa. Ketika berjalan meyusuri lebatnya pepohonan maka Anda harus teliti agar untuk menyaksikan orangutan, monyet, babi hutan, burung, dan rusa liar yang berkeliaran. Berjalan dapat disesuaikan dengan tingkat kebugaran Anda sehingga diskusikan pilihan yang berbeda dengan pemandu Anda sebelum Anda berangkat.

Ketika Anda tinggal di sungai, kapal tradisional yang di sebut klotok akan mengantar Anda berkeliling menyusuri sungainya untuk menuju ke tempat penangkaran orangutan di Tanjung Harapan, Pesalat, Pondok Tanguy, atau Camp Leakey.

TRANSPORTASI
Pintu masuk ke TNTP adalah Pangkalan Bun, ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat. Untuk mencapai Bandara Udara Iskandar di Pangkalan Bun, Anda bisa menggunakan maskapai Trigana Air ataupun Kalstar yang terbang dari Kota Jakarta, Surabaya, Semarang, Palangkaraya, Ketapang dan kota-kota besar lainnya. Harga tiket berkisar antara Rp800.000,- hingga Rp1.500.000.

Akan tetapi, banyak juga yang memilih terbang ke Kota Palangkaraya, ibukota Kalimantan Tengah, terlebih dahulu kemudian dilanjutkan ke Pangkalan Bun melalui jalur darat. Setibanya di Pangkalan Bun butuh sekira 30-45 menit menuju Kumai tempat dimana Taman Nasional Tanjung Puting berada.

Sejumlah agen perjalanan wisata mengoperasikan kapal klotok dari Pangkalan Bun. Jika Anda belum mengatur perjalanan anda, agen perjalanan wisata akan menjemput Anda dari bandara dan mengantar Anda langsung ke sungai. Apabila tidak maka tersedia taksi (kendaraan berupa minivan) yang dapat disewa menuju Pelabuhan Kumai

Untuk memasuki TNTP maka Anda perlu meyusuri sungai menggunakan klotok atau speedboat. Tersedia lebih dari 50 perahu klotok di Pelabuhan Kumai yang dapat disewa dimana harganya bergantung besarnya ukuran kapal dan jumlah penumpang (4-20 orang). Harga sewa perahu klotok ini akan lebih murah apabila Anda menginap di klotok lebih dari satu malam dan untuk rata-ratanya adalah Rp1.500.000, hingga Rp2.000.000,-. Harga tersebut belum termasuk makan yang perlu menyewa juru masak dengan biaya Rp100.000,- per hari atau dihitung per kepala Rp30.000,-. Apabila Anda ingin menggunakan speedboat maka harga sewanya Rp600.000,- hingga Rp800.000,- per hari.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.