PULAU MOROTAI

Juli 24, 2017
PULAU MOROTAI

Pulau Morotai terletak di utara Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Pulau ini merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara. Keindahan Morotai dengan segudang sejarah dari Perang Dunia II membuatnya dijuluki sebagai, “Mutiara di Bibir Pasifik”.

Kota paling besar di Morotai adalah Daruba yang berlokasi di sebelah selatan. Di bagian utara pulau ini berbatas dengan Filipina, di bagian timurnya adalah Samudera Pasifik.

Dengan total populasi sekira 53,000 jiwa dan luas sekira 1.800 kilometer persegi. Pulau ini memiliki beberapa pantai dengan pemandangan memukau didampingi oleh rahasia keindahan bawah laut yang menyimpan misteri. Ya, Morotai memiliki beberapa tempat menyelam menarik yang sanggup membuat decak kagum tamu bawah lautnya.

Morotai pada abad ke-15 hingga abad ke-16 berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ternate. Misi Yesuit Portugis sempat singgah di sini tetapi tidak diterima Kesultanan Muslim Ternate dan Halmahera sehingga Portugis pun hengkang. Pulau Morotai lebih terkenal sebagai bagian dari sejarah Perang Dunia II karena dimanfaatkan Jepang kemudian direbut Amerika Serikat pada September 1944. Amerika menggunakan pulau ini sebagai landasan serangan pesawat sebelum menuju Filipina dan Borneo bagian timur. Merupakan basis untuk serangan ke Jawa pada Oktober 1945 yang ditunda setelah penyerahan diri Jepang pada bulan Agustus.

Penduduk lokal di Pulau Morotai yang masih mengingat Perang Dunai II akan bercerita kepada Anda bahwa tahun 1944-1945 tempat ini merupakan lokasi pertempuran sengit dari puluhan pesawat tempur yang menderu ketika lepas landas dan mendarat di sepanjang Teluk Daruba. Puluhan ribu tentara bertebaran di setiap sudut pulau dan kapal angkatan laut berlabuh membawa pasokan kebutuhan harian tentara. Morotai saat itu merupakan salah satu markas tentara Amerika Serikat saat berperang menghadapi Jepang dalam Perang Pasifik selama Perang Dunia II.

Pada 15 September 1944, tentara sekutu dari Amerika Serikat dan Australia di bawah pimpinan Panglima Pasifik Barat, Jenderal Douglas MacArthur mendarat di Morotai tapatnya di bagian barat daya pulau ini. Sebelum kedatangan sekutu ke Morotai, tentara Jepang sudah terlebih dahulu menduduki tempat tersebut dan membangun sebuah landasan pesawat. Jepang kemudian meninggalkan Morotai untuk mendukung pertempuran di Pulau Halmahera. Ketika itu hanya tersisa sebanyak 500 tentara Jepang di Morotai yang bertugas untuk menjaga pulau tersebut. Oleh karena itu, dengan jumlah tersebut mereka dapat langsung ditaklukkan pasukan Amerika Serikat. Angkatan Laut Jepang berikutnya berusaha merebut kembali pulau ini tetapi gagal.

Ketika Jepang meniggalkan Morotai. Jenderal MacArthur melihat hal tersebut sebagai kesempatan emas untuk mengambil alihnya karena lokasinya yang strategis untuk merebut kembali Philipina dari Jepang. Sekira lebih dari 50 ribu tentara sekutu ditempatkan di Morotai dan MacArthur membangun beberapa landasan pesawat dan rumah sakit besar dengan 1.900 tempat tidur di dalamnya.

Selama Perang Dunia II berlangsung, pasukan Sekutu terus menempati Morotai hingga akhirnya Jepang menyerah tahun 1945 dan Pasukan Sekutu meniggalkan pulau tersebut. Sebelum meninggalkannya pasukan Sekutu membakar semua bangunan yang mereka dirikan di Morotai.

Kini, Morotai menjadi saksi sejarah Perang Dunia II dimana kegiatan militer yang kuat pernah beroperasi di pulau tersebut dan peranannya dalam membebaskan Filipina   dari pendudukan Jepang hampir terlupakan. 


KULINER

Ada banyak kuliner yang bisa Anda temui di Morotai. Kuliner yang sering diburu wisatawan adalah lobster segar. Apabila Anda tidak menyukai lobster, jangan kawatir karena masih ada banyak pilihan hidangan laut yang bisa Anda pilih untuk mengisi perut. 

AKOMODASI

Tidak banyak terdapat hotel dan penginapan di sekitar Morotai namun jika Anda ingin bermalam ada beberapa hotel dan cottage yang bisa mengakomodasi. Salah satu hotel yang paling sering dikunjungi wisatawan adalah Pacific Inn dengan harga Rp250.000,- per malamnya.

KEGIATAN

Karena Pulau Morotai pernah menjadi pangkalan militer pada Perang Dunia II maka tidak heran jika di sekitar pulau ini terdapat banyak peninggalan perang berupa gua persembunyian, landasan pesawat, dan juga kendaraan lapis baja yang masih utuh. Semua itu menjadi saksi bisu betapa hebatnya perang tersebut.

 Berkelilinglah di hamparan pasir putihnya sembari menantikan panorama Matahari terbit dan tenggelam. Itu akan menjadi momen yang amat berkesan nantinya.

 Sebuah bangunan yang diberi nama Museum Morotai berisi koleksi peninggalan Perang Dunia II. Koleksi museum ini merupakan hasil penemuan penduduk Morotai dan dibangun untuk mengenang Perang Dunia II.

 Di pulau ini dapat juga Anda temukan bangkai pesawat Jepang yang bernama Bristol Beuford yang tenggelam di kedalaman 40 meter di selatan Morotai. Bangkai pesawat tersebut menjadi salah satu daya tarik wisata bahari di Morotai. Setidaknya ada 25 titik penyelaman di kawasan ini yang menyuguhkan keindahan tiada tara di antaranya ada Tanjung Wayabula, Dodola Point, Batu Layar Point, Tanjung Sabatai Point, dan Saminyamau.

Di sekitar Pulau Morotai juga banyak terdapat pulau kecil nan indah, salah satunya adalah Pulau Dodola.

Patung Jenderal Douglas MacArthur berdiri megah di Pulau Sum Sum dekat Daruba. Patung ini akan menjadi pengingat bahwa Morotai pernah menjadi pangkalan militer Sekutu. Di sinilah Jenderal MacArthur menghembuskan nafas terakhirnya.


Tips
Transportasi paling efisien untuk menuju ke Pulau Morotai adalah dengan penerbangan perintis dari Ternate ke Galela, lalu melanjutkan ke Morotai.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku Utara

Jln. Kamboja No. 14A, Ternate, Maluku Utara

Telp. (0921) 327396

Fax. (0921) 327396


TRANSPORTASI
Cara paling mudah untuk mencapai Morotai adalah menggunakan penerbangan dari Ternate ke Galela kemudian langsung melanjutkan ke Morotai selama 30 menit dengan harga tiket Rp250.000,- dan terbang seminggu sekali.

 Anda dapat juga memilih jalur lain menggunakan kapal dengan jarak tempuh sekitar 12 jam yang berangkat sebanyak dua kali seminggu dengan tarif sekira Rp50.000,-. Alternatif lain adalah melalui jalur darat dari Ternate ke Tobelo sekitar 4 jam dengan tarif sebesar Rp75.000,-. 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.