Riau

Mei 01, 2017
Riau berada di bagian Timur Pulau Sumatra dan merupakan rumah bagi bangsa Melayu. Karya sastra Melayu pertama yaitu Bustanul Katibin ditulis oleh Raja Ali Haji (1850-1851 M) dan diterbitkan di Riau tahun 1857. Buku ini merupakan kitab kompilasi juru tulis bagi kanak-kanak yang mendeskripsikan tata cara penulisan bahasa Melayu dengan ejaan Arab-Melayu (Jawi).
Dari wilayah Riau inilah lahir dasar bagi Bahasa Indonesia. Bahasa Melayu Riau sebagai bahasa pengantar utama masyarakat Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada Zaman Kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa internasional Lingua franca di kepulauan Nusantara, atau sekurang-kurangnya sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Nusantara.
Provinsi Riau secara geografis, geoekonomi dan geopolitik terletak pada jalur yang sangat strategis karena terletak pada jalur perdagangan Regional dan Internasional. Ibu kota Riau sejak tahun 1959 adalah Pekanbaru dimana sebelumnya berada di Tanjung Pinang yang terletak di Pulau Bintan.
Provinsi Riau sebelum dimekarkan menjadi 2 provinsi mempunyai luas 235.306 Kilometer persegi atau 71,33 persen merupakan daerah lautan dan hanya 94.561,61 Kilometer persegi atau 28,67 persen daerah daratan. Setelah terjadi pemekaranan wilayah dengan terbentuknya Provinsi Kepulauan Riau pada 1 Juli 2004 menjadi provinsi ke 32 di Indonesia maka Provinsi Riau yang dulunya terdiri dari 16 Kabupaten/Kota sekarang hanya tinggal 11 Kabupaten/Kota.
Daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 mm/tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau serta musim hujan. Rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari. Suhu udara rata-rata di Kota Pekanbaru menunjukkan optimum pada 27,6 Celcius dalam interval 23,4-33,4 Celcius.
Riau memiliki banyak objek wisata yang dapat Anda kunjungi. Sebut saja Pulau Jemur yang merupakan gugusan pulau-pulau yang indah terletak 45 mil dari Bagansiapiapi. Anda dapat juga menjelajahi alam bebas di Taman Nasional bukit Tiga Puluh dengan kekayaan dan keunikan ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah yang merupakan peralihan hutan rawa dan hutan pegunungan.
Ada juga objek wisata Bono, terletak di Desa Teluk Meranti, sebuah lokasi dengan fenomena air laut yang mengalir masuk dan bertemu dengan air Sungai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi dan menghasilkan suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. Pada musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang maupun malam hari. Hal yang menarik turis ke objek wisata ini adalah kegiatan berenang, memancing, naik sampan, dan wisata bahari lainnya yang mengesankan.
Pantai Rupat Utara Tanjung Medang menawarkan Anda pesona harmoni alam pesisir dengan pasir putih dan bersih, kejernihan air laut, dan deburan ombak yang berukuran sedang, sebuah tempat sempurna untuk berwisata bahari. Ada juga Air terjun Aek Mertua yang sering disebut air terjun tangga seribu karena memilki air terjun yang bertingkat-tingkat, sungguh mengagumkan untuk dinikmati.
Objek wisata bahari di Kabupaten Siak yang memiliki panorama indah menawan. Di sekitar danau masih ditemukan hutan yang masih asli. Kondisi danau maupun hutan di sekitar danau berstatus Suaka Marga Satwa luasnya mencapai 2.500 hektar. Di sini masih terdapat berbagai aneka jenis satwa dan tumbuhan langka. Sumber daya hayati yang terdapat di danau ini seperti pinang merah, ikan arwana dan ikan Balido yang dilindungi. Keanekaragaman jenis satwa liar di Suaka Marga Satwa danau Pulau Besar dan danau Bawah merupakan kekayaan tersendiri sebagai objek wisata di Riau Daratan.
Bila Anda tertarik dengan wisata budaya dan wisata sejarah dipastikan tersedia hal menarik di Riau. Seperti Upacara Bakar Tongkang telah menjadi wisata nasional bahkan internasional. Festival Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Perahu Baganduang, Ritual Petang Megang, Masjid An-Nur di Pekanbaru, Masjid Raya Senapelan, Gedung Juang 45 Riau, Istana Siak Sri Indrapura, Candi Muara Takus, dan Benteng Tujuh Lapis.
Ada oleh-oleh yang tepat untuk Anda bawa pulang selepas mengunjungi Riau yaitu kerajinan daerahnya. Salah satu bentuk kerajinan daerah Riau adalah anyaman yang beraneka ragam erat hubungannya dengan kebutuhan hidup manusia. Kerajinan anyaman dibuat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah dan daun Rumbia. Hasil anyaman ini berupa; bakul, sumpit, ambung, katang-katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut sempirai, pangilo, lukah dan sebagainya. Kerajinan lainnya adalah berupa tenunan yang sangat terkenal yaitu tenunan Siak. Tenunan siak ini mempunyai motif yang khas, sehingga nilai jualnya juga cukup tinggi. Tenunan ini biasanya dikerjakan dengan peralatan tradisional. Bila Anda ingin wisata belanja maka dapat mengunjungi Pasar Bawah, Pasar tradisional dan pasar terapung di Tembilahan.
Bila Anda tertarik dengan wisata minat khusus maka dapat mengunjungi Balai Adat Melayu Riau dan Balai Adat Melayu Indragri Hulu, desa wisata Buluh Cina, atau Tugu Tepak Sirih di Dumai.
Pastikan Anda mengunjungi objek wisata lainnya di Riau mulai kota dari Pekanbaru, Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Kabupaten Bengkalis, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Rokan Hulu, dan Rokon Hilir.
Kuliner
 Makanan tradisional orang Melayu bercita rasa makanan yang pedas, namun Anda juga dapat menemukan berbagai macam makanan lain disini. Makanan yang paling terkenal di Riau adalah kare.  Orang Melayu memiliki resep istimewa dengan bahan-bahan seafood. Bagi Anda tidak kuat makanan pedas, jangan khawatir disini juga terdapat banyak western food dan fast foodyang tersebar di seluruh kota.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.