PAMERAN FOTO “CINTA LEMBATA-PESONA INDONESIA” DI GEDUNG SAPTA PESONA JAKARTA

Maret 27, 2015

Keindahan Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), akan ditampilkan dalam pameran fotografi bertajuk "Cinta Lembata-Pesona Indonesia" atau “Love Lembata-The Charm of Indonesia” pada 27 Maret-2 April 2015, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta.

Acara yang digagas oleh Komunitas Pecinta Indonesia Timur (KOPIT) dan didukung oleh Kementerian Pariwisata serta Pemerintah Kabupaten Lembata ini, tidak hanya memamerkan kecantikan Pulau Lembata lewat fotografi namun juga menghadirkan talkshow tentang Lembata, pengumpulan buku untuk disumbangkan ke anak-anak di Lembata, pameran tenun ikat Lembata, pertunjukkan seni budaya, serta lelang foto.

KOPIT sendiri terbentuk dari para peserta Festival Adventure Indonesia (FAI) yang melakukan perjalanan ke Kabupaten Lembata pada 24-29 September 2014. Setelah perjalanan berakhir, peserta yang berdomisili di Jakarta sering mengadakan pertemuan, sampai akhirnya muncul keprihatinan untuk membantu masyarakat Lembata, serta mengadakan pameran foto untuk memperkenalkan Lembata sekaligus penggalangan dana untuk membantu masyarakat di sana.

Pulau Lembata, khususnya Desa Lamalera, terkenal di seluruh dunia sebagai rumah dari kegiatan berburu paus secara tradisional. Bahkan, terkadang mereka memburu pari manta dan lumba-lumba untuk dijadikan bahan makanan bagi masyarakat seluruh desa.

Masyarakat melakukannya berdasarkan kepercayaan dan tradisi sehingga aktivitas tersebut dibebaskan dari larangan internasional tentang penangkapan paus. Hal ini juga diperkuat alasan bahwa mereka masih menggunakan cara tradisional dan fakta bahwa berburu paus dapat menjaga keseimbangan perekonomian penduduk desa.

Penangkapan paus di Lamalera masih menggunakan kayu tradisional tipis yang disebut peledang. Perahu yang digunakan untuk berburu membawa 7-14 awak kapal, satu pedayung dan satu pemburu yang disebut lamafa. Peran lamafa sangat penting di sini, ia adalah seseorang dengan kemampuan dan keberanian besar untuk berdiri seimbang di atas perahu dan melompat dari perahu kecil untuk menombak paus.

Paus yang telah ditangkap akan dipotong, dibagikan kepada mereka yang terlibat dalam proses ini, serta dibarter dengan bahan makanan lain dari desa-desa terutama yang terletak di pegunungan. Sementara itu, minyak ikan digunakan sebagai bahan bakar lentera, juga dimanfaatkan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.